Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Kamis, April 30, 2009

KERBAU SUMBAWA KE TORAJA

Kerbau Sumbawa termasuk tipe kerbau lumpur (Bubalus bubalis). Kerbau lokal ini telah lama hidup dan beradaptasi dengan sangat baik pada lingkungan lembab-tropis (tropical humid environment), seperti tipikal pulau Sumbawa. Hingga saat ini Kerbau Sumbawa terus dilirik oleh masyarakat daerah lain seperti Toraja di Sulawesi. Kerbau merupakan hewan paling penting bagi orang Toraja, salah satu etnis yang di Pulau Sulawesi. Bagi etnis Toraja, khususnya Toraja Sa’dan, kerbau adalah binatang yang paling penting dalam kehidupan sosial mereka. Kerbau atau dalam bahasa setempat Tedong atau Karembau ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Selain sebagai hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup sosial, ritual maupun kepercayaan tradisional, kerbau juga menjadi alat takaran status sosial, dan alat transaksi.( selengkapnya klik judul )

Semua kerbau Sumbawa dipelihara di daerah pedesaan, dan seperti halnya sapi, ternak ini memainkan peranan penting dalam penyediaan tenaga kerja untuk kegiatan pertanian sawah dan ladang serta alat transportasi/mengangkut hasil bumi. Karenanya, kerbau Sumbawa popular dijuluki oleh masyarakat lokal sebagai “traktor hidup”. Selain itu, kerbau Sumbawa juga penting sebagai sumber air susu dan daging bagi kebutuhan konsumsi masyarakat tani-ternak desa dan penduduk kota. Bagi peternak Sumbawa, kepemilikan ternak kerbau merupakan lambang prestise (social- prestige) dan bukti kemakmuran pemiliknya. Mengingat kontribusi dan peranannya yang demikian besar, kerbau Sumbawa terkonsentrasi pada daerah agro-ekologi tertentu di Pulau Sumbawa.
Meskipun peranan kerbau sangat penting dalam mendukung perekonomian daerah maupun nasional, spesies ini seringkali diabaikan dan diacuhkan bahkan nyaris dilupakan orang.
Sebagian besar petani Sumbawa dapat menunaikan ibadah haji karena menternak kerbau ini. Cukup memiliki 10 ekor besar besar/dewasa, maka pemiliknya sudah bisa menyetor ongkos naik haji. Sejak dahulu hingga sekarang pun jumlah kerbau untuk ke Mekkah itu tidak pernah berubah. “ ujar Haji Syamsuddin penduduk Desa Batu bulan Kecamatan Moyo Hulu yang mengaku naik haji tahun 98 lalu dengan menjual 10 ekor kerbau miliknya.
Populasi ternak kerbau di Sumbawa ini terus meningkat dari tahun ketahun walau kalah dengan populasi ternak sapi. Meningkatnya populasi kerbau ini dapat dilihat dari jumlah pengeluaran emas hitam ini ke luar daerah. Setiap bulan tidak kurang dari 50 ekor kerbau Sumbawa dikirim keluar daerah. Populasi dan permintaan dari luar daerah memang belum sepadan. Akan tetapi 50 persen dari permintaan itu bisa dipenuhi. Ujar seorang staf Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa.
Hingga Bulan April ini saja pemerintah Kabupaten Sumbawa sudah mengeluarkan izin untuk seribu ekor kerbau dengan tujuan Toraja Sulawesi. Pengiriman ke Toraja ini menggunakan Kapal Motor ( Kapal Kayu ) melalui pelabuhan Badas Sumbawa.



1 komentar:

www.aderafiansyah.com mengatakan...

wah bang mek, klo begitu keadaannya, peternakan disumbawa sudah selayaknya dikembangkan dan dikelola ke arah yg profesional.mengingat masih belum sepadannya persediaan dan permintaan untuk kerbau. semoga teman-teman mahasiswa peternakan sumbawa sudah punya arah kesitu.bagaimanapun juga bisnis dibidang ini prospeknya sangat bagus khususnya di wilayah dan lingkungan seperti sumbawa, sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah..nice review,keep writing..!!!wassalamualaikum...

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Pengikut

Berita Terkini Sumbawanews