Pasangan capres dan cawapres yang diusung oleh Partai Demokrat dan 22 parpol yang bersepakat berkoalisi menyatakan untuk terus bekerja dan melanjutkan program yang telah dilakukan pada pemerintahan sebelumnya. "Upaya yang sudah kita capai harus dilanjutkan. Atas kesadaran dan panggilan itu, saya bersama Pak Boediono jika Allah SWT mengijinkan dan juga rakyat mendukung akan melanjutkan pengabdian pada 2009 hingga 2014," kata Yudhoyono saat membacakan pidato politiknya di Bandung, Jumat malam 15 Mei 2009. Dalam deklarasi yang berlangsung di Sasana Budaya Ganesha itu, Yudhoyono mengatakan tidak akan memberikan janji, namun dari pengalaman yang lalu, pemerintahan telah memberikan bukti. "Lima tahun mendatang adalah tugas yang berat, situasi tidak mudah sehingga saya tidak akan memberikan janji. Yang jelas pemerintahan lalu sudah memberikan bukti nyata dan bukan hanya wacana," katanya. Ia mengatakan jika terpilih nanti, ia berjanji akan terus bekerja meski ada cercaan maupun hinaan. "Saya juga hanyalah manusia biasa bukan superman, dengan bantuan rakyat, Insya Allah bisa lakukan banyak hal," katanya. Deklarasi dilangsungkan pada Jumat sekitar pukul 20.15 WIB, diisi dengan pidato politik Yudhoyono dan perkenalan cawapres yang akan mendampinginya, Boediono dan penandatanganan kesepakatan antara keduanya.
Yudhoyono yang lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur sebelum berkarir politik sebagai menteri dan menjadi presiden pada tahun 2004 adalah seorang jenderal bintang empat yang merupakan lulusan terbaik Akademi Militer pada tahun 1973. Setelah melanjutkan studi militernya di berbagai negara, karir perwira militer Yudhoyono dimulai di Bandung ketika ia mengikuti kursus komandan batalyon pada tahun 1985 dan mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) pada 1988 dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. Yudhoyono pun sempat menjadi Dosen Seskoad pada 1989-1992. Karir militernya terus melesat, dan meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Pangkat itu didapatnya setelah berbagai tugas militer yang diembannya seperti menjadi Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI. Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996. Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Kemudian pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang mengantarnya ke kursi puncak kepemimpinan nasional sebagai presiden. Presiden Yudhoyono, seperti banyak rakyat memanggilnya, adalah seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor dan meraih gelar doktor ekonomi pertanian pada tahun 2004. Setelah menjadi presiden, pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Selama menjadi Presiden, sejumlah kemajuan memang telah dirasakan seperti stabilitas di bidang ekonomi, sosial, keamanan dan politik serta meningkatnya peran Indonesia di kancah internasional. Pemberantasan korupsi yang gencar dilakukan merupakan komitmennya untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik dan lebih adil bagi masyarakatnya. Berbekal sejumlah keberhasilan dan kemajuan yang diraih selama menjadi presiden, bukan tidak mungkin rakyat kembali memilihnya menjadi presiden pada periode 2009 – 2014.
Sementara itu kandidat Wakil Presiden Boediono mengungkapkan, bahwa untuk pemberantasan korupsi diperlukan pemimpin yang menjadi tauladan. "Kami tidak mau ada suap," katanya pada akhir pidato dalam deklarasi SBY-Boediono di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Jawa Barat, Jumat 15 Mei 2009. Menurut Boediono, pemberatasan korupsi tidak bisa diselesaikan dengan cara pidato. Tetapi harus dengan tauladan pemimpin. Pemerintah juga tidak boleh tidur untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih. Boediono juga menekankan bila SBY menang, dia tidak mau ada kepentingan yang mencampuradukan, seperti kepentingan bisnis dan kepentingan keluarga. Untuk mewujudkan pemeritah yang bersih menurut Boediono, dibutuhkan reformasi birokrasi. "Saya yakin SBY akan melangkah ke sana dan saya yakin pemerintah sangup dan mampu untuk mewujudkan itu," ujar Boediono. Meski baru masuk dalam kancah politik mulai hari ini, Boediono, ternyata punya ideal tertentu tentang sebuah kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin tidak boleh mencampuradukkan kepentingan negara dan kepentingan bisnis keluarga. "Pemeritahan yang bersih itu harus dimulai dari tauladan kepemimpinan. Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak dikotori suap, tidak memperdagangkan kekuasan, dan tidak mencampuradukkan kepentingan republik dan bisnis keluarga," ujar Boediono. Menurut Gubernur BI ini, pemerintahan yang baik dan bersih membutuhkan upaya pemberatansan korupsi konsisten. "Saya yakin pemerintahan SBY yang berdaya guna akan melangkah ke sana," ucapnya. Bagi Boediono, menjadi cawapres SBY adalah sebuah kehormatan bagi siapapun. Sejumlah tokoh yang hadir dalam acara yang berlangsung di Sasana Budaya Ganesha Bandung antara lain Sekretaris Jenderal PPP Irgan Chairul Mahfiz, Djoko Sujanto, Roy BB Janis, Ketua PKPI Meutia Hatta, Ketua PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Partai Republikan Syahrir MS, Ketua Partai PNBK Eros Djarot, Ketua Partai Pelopor Suryo Sarjoyo, Hartini Syahrir dari PIB, Nico Silitonga dari Partai Pemuda Indonesia, Amelia Yani dari PPRN dan Roy Rening.
Yudhoyono yang lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur sebelum berkarir politik sebagai menteri dan menjadi presiden pada tahun 2004 adalah seorang jenderal bintang empat yang merupakan lulusan terbaik Akademi Militer pada tahun 1973. Setelah melanjutkan studi militernya di berbagai negara, karir perwira militer Yudhoyono dimulai di Bandung ketika ia mengikuti kursus komandan batalyon pada tahun 1985 dan mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) pada 1988 dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. Yudhoyono pun sempat menjadi Dosen Seskoad pada 1989-1992. Karir militernya terus melesat, dan meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Pangkat itu didapatnya setelah berbagai tugas militer yang diembannya seperti menjadi Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI. Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996. Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Kemudian pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang mengantarnya ke kursi puncak kepemimpinan nasional sebagai presiden. Presiden Yudhoyono, seperti banyak rakyat memanggilnya, adalah seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor dan meraih gelar doktor ekonomi pertanian pada tahun 2004. Setelah menjadi presiden, pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Selama menjadi Presiden, sejumlah kemajuan memang telah dirasakan seperti stabilitas di bidang ekonomi, sosial, keamanan dan politik serta meningkatnya peran Indonesia di kancah internasional. Pemberantasan korupsi yang gencar dilakukan merupakan komitmennya untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik dan lebih adil bagi masyarakatnya. Berbekal sejumlah keberhasilan dan kemajuan yang diraih selama menjadi presiden, bukan tidak mungkin rakyat kembali memilihnya menjadi presiden pada periode 2009 – 2014.
Sementara itu kandidat Wakil Presiden Boediono mengungkapkan, bahwa untuk pemberantasan korupsi diperlukan pemimpin yang menjadi tauladan. "Kami tidak mau ada suap," katanya pada akhir pidato dalam deklarasi SBY-Boediono di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Jawa Barat, Jumat 15 Mei 2009. Menurut Boediono, pemberatasan korupsi tidak bisa diselesaikan dengan cara pidato. Tetapi harus dengan tauladan pemimpin. Pemerintah juga tidak boleh tidur untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih. Boediono juga menekankan bila SBY menang, dia tidak mau ada kepentingan yang mencampuradukan, seperti kepentingan bisnis dan kepentingan keluarga. Untuk mewujudkan pemeritah yang bersih menurut Boediono, dibutuhkan reformasi birokrasi. "Saya yakin SBY akan melangkah ke sana dan saya yakin pemerintah sangup dan mampu untuk mewujudkan itu," ujar Boediono. Meski baru masuk dalam kancah politik mulai hari ini, Boediono, ternyata punya ideal tertentu tentang sebuah kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin tidak boleh mencampuradukkan kepentingan negara dan kepentingan bisnis keluarga. "Pemeritahan yang bersih itu harus dimulai dari tauladan kepemimpinan. Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak dikotori suap, tidak memperdagangkan kekuasan, dan tidak mencampuradukkan kepentingan republik dan bisnis keluarga," ujar Boediono. Menurut Gubernur BI ini, pemerintahan yang baik dan bersih membutuhkan upaya pemberatansan korupsi konsisten. "Saya yakin pemerintahan SBY yang berdaya guna akan melangkah ke sana," ucapnya. Bagi Boediono, menjadi cawapres SBY adalah sebuah kehormatan bagi siapapun. Sejumlah tokoh yang hadir dalam acara yang berlangsung di Sasana Budaya Ganesha Bandung antara lain Sekretaris Jenderal PPP Irgan Chairul Mahfiz, Djoko Sujanto, Roy BB Janis, Ketua PKPI Meutia Hatta, Ketua PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Partai Republikan Syahrir MS, Ketua Partai PNBK Eros Djarot, Ketua Partai Pelopor Suryo Sarjoyo, Hartini Syahrir dari PIB, Nico Silitonga dari Partai Pemuda Indonesia, Amelia Yani dari PPRN dan Roy Rening.
1 komentar:
Sebuah perhelatan yang sangat megah di tengah situasi rakyat kelas bawah yang belum tersentuh "kebaikan"pemerintahan SBY, Nampaknya kemegahan ini akan segera menjadi alat "kampanye"bagi kubu Teuku Umar ( Mega-Pro ).karena direncanakan Mega-Pro akan mendeklerasikan diri di tengah-tengah perkampungan nelayan atau petani, sebagai kebalikan dari apa yang dilakukan oleh kubu Cikeas, rupanya pencitraan sebagai calon pemimpin yang peduli rakyat kecil sedang di bangun oleh kubu Megawati.
Tapi apapun itu sampai saat ini saya pribadi kecewa atas keputusan dewan syuro PKS yang "mengalah"terhadap keputusan sepihak kubu demokrat,hal ini menandakan golongan pragmatis telah mulai mengalahkan idealis para pimpinan PKS,lantas kemana kobaran api semangat para jundullah kalau begini caranya...???Saya Kecewa untuk kali pertama ini terhadap PKS....
Posting Komentar