Kerbau adalah hewan mamalia yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak berabad-abad lamanya ia hidup berdampingan dengan manusia. Ia diperlakukan sebagai alat pengangkut atau sebagai alat membajak tanah bagi para petani. Karena Kerbau pula seseorang bisa terangkat status social nya karena harga jual seekor kerbau bisa mencapai jutaan rupiah. Di beberapa daerah di Indonesia, kerbau mendapat perlakuan yang cukup istimewa.
Lihatlah bagaimana delapan ekor kerbau bule milik keraton Kasunanan Solo, yang merupakan keturunan kerbau pusaka keraton, yang dijuluki Kiai Slamet. Kerbau bule ini sangat dikeramatkan, dan mendapat tempat khusus di saat perayaan satu suro.
Kemudian bagaimana perlakuan masyarakat Toraja terhadap seekor kerbau. Boleh dibilang, pada setiap pelaksanaan upacara kematian, mengorbankan kerbau menjadi simbol status sosial dan ekonomi seseorang. Kepercayaan ini tidak lepas dari keyakinan masyarakat setempat, bahwa kerbau adalah salah satu dari delapan mahluk ciptaan yang Maha Kuasa yang biasa disebut menturuni atau nenek kerbau.
Begitu pula yang terjadi di Tana’ Samawa’ atau Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Masyarakat setempat memperlakukan kerbau sangat beda dengan hewan ternak lain, misalnya sapi atau kuda. Walaupun ia hanya dilepas begitu saja di hamparan hijau, hutan atau padang rumput yang luas namun keberadaannya jauh bermakna apalagi jika kerbau-kerbau itu merupakan pasangan kerbau karapan atau Parapan.
Kerbau karapan ini mendapat perlakuan khusus. Ia tidak dilepas namun dipelihara didalam sebuah kandang. Begitu pula makanannya. Pemiliknya setiap hari mencari dan memberi makan. Kerbau-kerbau yang dipelihara secara khusus ini memang terbilang sedikit. Hanya kerbau yang dinilai mempunyai kemampuan berlari didalam Lumpur yang mendapat perlakuan khusus itu. Ia dikandangkan dengan beragam fasilitas, bak di surga buat seekor kerbau. ada mandi air hangat, ada pijatan. Bahkan minumannya dicampur madu, telur, dan vitamin lain. Kerbau-kerbau khusus ini diharapkan pemiliknya akan mampu menaikkan gengsinya. Ia akan dilombakan dalam acara “ Barapan Kebo “ atau karapan kerbau.
Menjelang barapan kerbau, pemilik kerbau dan jokinya, menyiapkan hewan kesayangannya. Kerbau andalannya ini diberi minuman yang diyakini dapat memperkuat tenaga kerbau dalam berlari. Biasanya, berupa jamu, ditambah madu, telur dan minuman energi. Bahkan beberapa kerbau diberikan minuman bersoda. Pemberian minuman ini, tak lantas kerbau siap berlomba. Ia masih harus melewati ritual khusus. Ia harus didoakan oleh seorang Sandro atau dukun.
Barapan Kebo ini sendiri dilakukan didalam sawah ber-air setinggi lutut orang dewasa. Arena nya sendiri mulai dari 200 hingga 500 meter. Digaris finis dipasang sebuah kayu yang sudah dibentuk sedemikian rupa misalnya menyerupai kepala orang. Kayu ini disebut Saka’. Kayu ini harus ditabrakkan oleh pasangan kerbau karapan ini. Penilaian nya cukup sederhana. Dari garis star kerbau dilarikan dengan dipandu seorang joki yang berdiri diatas “ Kareng “ yang terbuat dari kayu kemudian ditautkan diatas “ Noga “ atau sebatang kayu yang dipasang dileher kedua kerbau karapan. Dengan menghitung kecepatan berlari dan ketepatan menabrak Saka tadi, maka pasangan kerbau karapan itu mendapat nilai. Kerbau paling cepat dan tepat menabrak Saka, keluar sebagai pemenang.
Harga seekor kerbau karapan bisa mencapai 10 hingga 15 juta rupiah. Jika sepasang harganya bisa menjadi ongkos naik haji dua orang.
Begitulah kerbau diperlakukan di Sumbawa dan bolehlah kita menyebut bahwa Sumbawa adalah surga bagi para kerbau.
0 komentar:
Posting Komentar